Monday, November 21, 2011

Saya Tidak Pernah Punya Niat Untuk Menjadi Sorang Pengamen

"Bapak Ibu, mohon maaf kalau seandainya selalu bertemu pengamen, pengemis, anak jalanan dimana-mana dikota ini. Saya sendiri tidak pernah punya niat untuk menjadi seorang pengamen. Dari kampung, saya membawa ijazah ke kota ini, tapi ternyata hidup di kota besar, ijazah tidak dipakai. Yang dipakai adalah uang. Dengan uang sekian, si A bisa melamar kerja di perusahaan Anu"


Kutipan diatasa adalah ucapan seorang pengamen yg saya dengar saat berada diatas bus Kampung Rambutan - Bala Raja. Sedih rasanya harus mendengar kata-kata itu. Benarkah semua yg berbicara uang? Lalu untuk apa selembar ijazah bukti seseorang berpendidikan? Lalu untuk apa digembar-gemborkan anggaran pendidikan dinaikkan kalau pada ujung nya adalah uang yang berbicara?

Ini bukan tentang berbicara kenapa dia pergi ke kota besar. Tapi masalah tentang Pendidikan VS Uang. Tentang keadilan atas orang-orang yang memiliki keterbatasan dana, tapi masih punya daya juang yang kuat untuk terus mencapai pendidikan dengan impian akan menjadi orang. Ketimbang orang-orang yang memliki kelebihan uang, tapi tak mempedulikan pendidikannya

Lalu apa selanjutnya terjadi dengan masyarakat yang beranggotakan 200 juta penduduk ini? Bisakah pendidikan lebih dihargai dari pada orang-orang yang mengandalkan uangnya?