Monday, November 21, 2011

Saya Tidak Pernah Punya Niat Untuk Menjadi Sorang Pengamen

"Bapak Ibu, mohon maaf kalau seandainya selalu bertemu pengamen, pengemis, anak jalanan dimana-mana dikota ini. Saya sendiri tidak pernah punya niat untuk menjadi seorang pengamen. Dari kampung, saya membawa ijazah ke kota ini, tapi ternyata hidup di kota besar, ijazah tidak dipakai. Yang dipakai adalah uang. Dengan uang sekian, si A bisa melamar kerja di perusahaan Anu"


Kutipan diatasa adalah ucapan seorang pengamen yg saya dengar saat berada diatas bus Kampung Rambutan - Bala Raja. Sedih rasanya harus mendengar kata-kata itu. Benarkah semua yg berbicara uang? Lalu untuk apa selembar ijazah bukti seseorang berpendidikan? Lalu untuk apa digembar-gemborkan anggaran pendidikan dinaikkan kalau pada ujung nya adalah uang yang berbicara?

Ini bukan tentang berbicara kenapa dia pergi ke kota besar. Tapi masalah tentang Pendidikan VS Uang. Tentang keadilan atas orang-orang yang memiliki keterbatasan dana, tapi masih punya daya juang yang kuat untuk terus mencapai pendidikan dengan impian akan menjadi orang. Ketimbang orang-orang yang memliki kelebihan uang, tapi tak mempedulikan pendidikannya

Lalu apa selanjutnya terjadi dengan masyarakat yang beranggotakan 200 juta penduduk ini? Bisakah pendidikan lebih dihargai dari pada orang-orang yang mengandalkan uangnya?

Sunday, October 2, 2011

Habitat Hewan VS Kelapa Sawit

Tulisan ini saya tulis setelah membaca berita yang diterbitkan melalui yahoo.com, yang berjudul "Orangutan Bukan Musuh Kelapa Sawit" Dalam tulisan tersebut dikatakan, banyak dari orang utan yang dibunuh karena dianggap sebagai hama kelapa sawit. "Setidaknya sejak 10 tahun terakhir, 12 ribu orang utan mati terbunuh oleh manusia diseluruh wilayah indonesia" dan penyebab utama pembunuhan tersebut adalah karena diduga sebagai hama kelapa sawit.

Hal yang sungguh menyedihkan. Salah satu kekayaan alam Indonesia yang saya fikir seharusnya menjadikan  kebanggaan kita malah dibunuh. Apa iya mereka menjadi hama bagi tanaman kelapa sawit yang katanya menjadi pertumbuhan ekonomi saat ini? Kalau pun iya, haruskah jalan satu-satunya dibunuh?
Pertanyaannya, saat pembakaran hutan yang dilakukan untuk membuka atau perluasan lahan tanam kelapa sawit, tidakkah berfikir bahwa secara langsung telah merusak habitat mereka?? Lalu kemana mereka harus pindah? Dimana tempat mereka harus berlindung dari sengatan matahari dan derasnya hujan? Dimana tempat mereka mencari makan?
Kalau bicara jahat-jahatnya, anggaplah kalau memang mereka (orangutan) memang hama bagi tanaman kelapa sawit. Adil donk? Karena habitat mereka telah "digusur", dan pembalasannya mereka merusak tanaman kelapa sawit. adil?!
Tapi bukan itu, yang saya fikir ada jalan untuk memecahkan masalah ini tanpa mengorbankan siapa pun. Ya, boleh dibilang solusi BASI, tapi saya yakin efektif dan akan sangat berpengaruh dampaknya bila semua pihak terkait benar-benar komit untuk melaksakannya. 
1. Pembatasan pembukaan lahan untuk penanaman kelapa sawit oleh pemerintah.
2. Pengawasan ketat dan dilakukan secara berkelanjutan oleh pemerintah terhadap lahan kelapa sawit      agar tidak terjadinya ekspansi secara diam-diam oleh pemilik lahan kelapa sawit
3. Para pengusaha lahan sawit mempunyai legalitas yang sah untuk membuka usahanya, dan berkomitmen untuk tetap patuh pada aturan yang berlaku, menjaga, merawat, dan ikut melestarikan lingkungan.
Dan kunci keberhasilannya adalah pada komitmen untuk menjalankan dan mematuhi segala peraturan yang ada.
Orangutan baru hanya lah satu jenis hewan yang menjadi korbannya, dan yang disorot dalam berita tersebut. Lalu bagaimana dengan keadaan hewan-hewan yang lain? Bagaimana dengan gajah hutan, harimau, dan banyak lagi hewan yg lainnya? Siapa yang bertanggung jawab? Siapa yang akan melindungi mereka? Dimana lagi tempat berteduh mereka, tempat mencari makan. Jangan sampai keserakahan merusak alam yang indah ini.

Saya bukan seorang aktivis lingkungan yang fanatik, tapi saya cukup peduli dengan keadaan lingkungan bumi, tempat saya tinggal ini saya rasa semakin panas dan semakin tidak nyaman untuk ditempati. Dan perubahan yang semakin kearah yang baik akan terwujud jika kita semua saling bahu membahu untuk mewujudkannya.

Thursday, July 7, 2011

Tentang Cinta

Blog kali ini, saya ingin berbicara tentang cinta. Ya, mungkin beberapa filosofinya didapat dari pengalaman hidup sendiri *berat cuy pakai kata-kata filosofi segala.
Cinta adalah suatu kata yang bila diucapkan, maka yang terbayang adalah sesuatu yg indah. Karena memang cinta diciptakan karena keindahan. Tapi bagaimana seseorang bisa menyikapi dan menindak lanjuti cinta itu sendiri, itu lah yang sering membuat bentuk cinta itu berubah-ubah. Bisa menjadi semakin indah, atau tragisnya malah menjadi sebuah kebencian yang mendalam.
Hari ini cinta, mungkin besok benci, atau sebaliknya. Sekarang benci besok cinta. Sesuatu yang begitu ajaib, dan itulah kekuasaan Sang Pembolak-balik hati.
"Hati-hati bermain cinta" saya setuju dengan kata-kata ini. Karena salah sedikit saja, akan begitu fatal akibatnya. Karena cinta memang bukan masalah logika matematik, buka ilmu statistik, bukan kajian sosial, tapi masalah hati yang begitu sensitif, untuk siapa pun.

Dalam blog ini, saya ingin menyampaikan ungkapan maaf yang teramat dalam karena telah menyakiti hati seorang wanita yang begitu lembut dan sangat penyayang, penuh kesabaran. Penyesalan yang tidak terhingga. Kasih, kamu tau itu bukan sesuatu yang ingin ku lakukan. Semua hanya karena emosi ku. Ku sangat mengharapkan kita dapat seperti dulu lagi. Dengan penjelasan ku yang panjang lebar kepada mu, ku harap kamu bisa membuka hati mu untuk ku

Sungguh amat mencintai mu....

Wednesday, March 16, 2011

Buang Sampah Pada Tempatnya

Kalimat ini sangat sering kita jumpai. "Dilarang Membuang Sampah di Area Ini" atau "Terima Kasih Untuk Tidak Membuang Sampah di Area Ini" Hal yg menarik untuk saya pribadi, dan mungkin benar-benar saya sadari beberapa saat yg lalu saat kembali melihat tulisan itu di sebuah tempat. Tulisan tersebut dipampang di tempat dimana biasanya sampah dibuang oleh kebanyakan orang. Walau kadang tidak ada wadah penampungan sampah, tapi secara tidak langsung karena kebiasaan masyrakat setempat membuang sampah ditempat tersebut, jadilah itu tempat pembuangan sampah tetap. Dan setelah sekian lama itu terjadi, baru lah kata-kata "Dilarang Membuang Sampah di Area Ini" Kenapa yah? dan kata-kata itu sama sekali tidak dihiraukan. Buktinya, tetap saja sampah-sampah terus dibuang ketempat itu.
Dalam blog "Silahkan Bicara"  saya ini, saya mencoba selalu mengajukan solusi untuk setiap masalah yang saya sodorkan. Begitu juga kali ini. Saya mencoba mengajukan sebuah solusi, yang kira-kira bisa secepat mungkin untuk direalisasikan berharap pemecahan masalah secepatnya. Tentu saja  setiap solusi tidak lah sempurna. Karena saya pun adalah manusia biasa. Jadi juga membutuhkan pendapat tambahan lain yg mendukung.

Untuk masalah ini, saya berfikir, bagaimana kalau dari pemerintah pusat untuk untuk umumnya, pemerintah daerah khususnya untuk mewajibkan warganya untuk membuat tong sampah di depan halamannya. Disini saya tekankan setiap pemilik rumahlah yg membuat atau menyediakan tempat sampah itu sendiri. Kenapa? Agar jangan sampai ada statement yg mengatakan penyediaan tong sampah itu kan besar. Tapi kalau setiap rumah yg bertanggung jawab menyediakan?jadi ringan donk. Untuk bangunan seperti perkantoran atau gedung yg berada di pinggiran jalan yg banyak dilalui orang, wajib  menyediakan tong sampah nya lebih dari satu. Jumlah pastinya disesuaikan dengan kebutuhan nanti. Dengan demikian, bisa dibayangkan, akan cukup memadainya tong sampah yang ada. Penyediaan tong sampah disetiap rumah atau perkantoran ini juga punya sasaran pada pejalan kaki juga. Karena tong sampah tadi diletakkan dekat jalur pejalan kaki. Tentunya diatur agar juga tidak merusak pemandangan, dan jalur pejalan kaki.Karena saya pribadi merasakan, tidak ingin membuang sampah sembarangan saat berjalan. Tapi karena kurang fasilitas kurang memadai?harus memasukkan sampah itu dulu ke dalam tas. tapi kalau sampahnya tidak memungkinkan dimasukkan terlebih dahulu ke tas?gimana?

Nah, sekarang timbul masalah. Kalau sudah tersedia tong sampah, dan sudah dibuang ketempatnya. Bagaimana pendistribusiannya ke TPA? Saya yakin umumnya hampir setiap daerah sudah mempunyai truk pengangkut sampah, walau belum tentu memadai. Itu yang harus diberdayakan secara maksimal terlebih dahulu. Selanjutnya, saya sering melihat setiap pagi atau sore atau juga kadang malam ada petugas yang menyapu lingkungan khususnya dijalan raya. Sebagian dari mereka dialih fungsikan ikut menjadi petugas yg mengumpulkan sampah dari rumah ke rumah, gedung ke gedung. Tinggal sarana transportasinya. Ini yang dibutuhkan dukungan dari pemerintah. Mungkin tidak perlu langsung truk yang harganya cukup mahal. Cukup dengan bak yang berukuran sedang saja dulu yg bisa ditarik dengan motor. Sekarang sudah banyak beredar kan motor model seperti itu buatan China. Harganya pun relatif murah.

Setelah dukungan dari pemerintah, sekarang yang tidak kalah penting nya adalah dukungan dari masyarakatnya sendiri. Ayo!! Kita tidak akan bisa lebih baik kalau terus mengikuti kebiasaan lama, yang kadang jelas-jelas tidak baik. Kita bersihkan lingkungan kita sendiri. Jangan lagi buang sampah sembarangan.

Mungkin kita belum bisa sebaik masayarakat luar, yang sampai memisahkan sampah organik dan non organik dan segala macam sampahnya. Karena pengetahuan masyarakat secara umum pun belum begitu mengerti dengan baik untuk itu. Tapi tidak apa menurut saya untuk permulaan ini. Sambil berjalan kita bisa berikan penyuluhan secara berlanjut dan terus berbenah.

Hal yang saya rasa sulit adalah hukuman bagi yg melanggar. yaitu membuang sampah disembarang tempat. Karena setahu saya belum ada petugas patroli yg bisa mengawasinya. Kalaupun dibentuk, tentu membutuhkan dana yg cukup besar. Belum lagi apa sanksi yg akan diberikan. Untuk itu sejauh ini saya hanya bisa menghimbau. Mari kita sama-sama menciptakan lingkungan kita yang lebih baik, lebih bersih.

Sunday, March 6, 2011

Solusi Angkot



Kali ini saya membahas tentang transportasi indonesia. Saya ingin transportasi indonesia ini bisa baik, teratur, nyaman. Dasar pendidikan saya adalah Teknik Mesin. Jadi saya menulis blog ini berdasarkan pengalaman, pengamatan, dan pemikiran pribadi saya sendiri.

Saya ingin spesifik lagi pembahasannya untuk masalah transportasi kali ini yaitu masalah angkot. Beberapa daerah di Indonesia yang pernah saya datangi dan saya tempati, masalahnya saya rasa sama pada angkot ini, yaitu ngetem seenak dimana mereka mau, berhenti sembarangan, berebut penumpang, semua sebebas mereka. Seolah-olah tidak ada yang mengatur, atau memang tidak ada sama sekali yang mengatur? Akibat yang sangat nyata kita lihat adalah MACET ada dimana-mana.

Saya ingin menyuarakan pendapat saya ini, dan ide saya ini bukan lah hal yang baru karena pada dasarnya ide ini sudah diterapkan. Saya yakin kalau dengan solusi angkot diganti dengan transportasi lain seperti bus, maka akan banyak penentang nya terutama dari pihak supir angkot itu sendiri. Karena terancamnya ketersediaan lapangan kerja mereka. Jadi transportasi angkot harus dipertahankan.

Kenapa harus angkot?
Coba perhatikan saja transportasi umum yang mendominasi di Indonesia ini secara umum. Angkot banyak menjadi kendaraan umum dalam kota. Kenapa tidak kereta api yang muatannya bisa banyak. Bagus memang, tapi menurut pandangan saya masalah ini sudah sagat mendesak. Kalau harus menunggu kereta api hingga pelayanannya memadai sepertinya terlalu lama. Kenapa tidak bus kota? Okay, bisa diterima. Antara angkot dan bis kota bisa dipadukan. Tapi tidak disetiap daerah memiliki bus kota.

Lalu apa?
Tidak perlu digantikan angkot-angkot yang ada. Tapi hanya lebih ditertibkan saja agar dapat setidaknya mengurangi kemacetan yang ada di Indonesia.

Seperti apa donk Mekanisme Penertibannya?
Pertama harus ditentukan berapa jumlah angkot yang akan beroperasi pada jurusan tertentu. Untuk jumlah, berapa unit  yang harus beroperasi. Karena perlu dibatasi untuk menghindari terjadinya macet.
Selanjutnya harus ditentukan setiap berapa kali per angkot berangkat dari titik keberangkatan. Bukannya malah angkot yang berangkat disuatu titik lebih dari satu atau lebih. Yang ada penumpangnya tersebar pada banyak angkot. Setiap angkot hanya berisikan dua sampai tiga penumpang saja. Akhirnya tidak ada yang berangkat dan pada ujungnya banyak angkot berhenti disuatu tempat dan terjadilah macet.
Bahkan perlu ditentukan berapa lama angkot ini harus sampai hingga tujuan akhirnya. Agar para pengguna angkot pun tau pasti masalah waktu. Kapan ia harus berangkat dan tau kapan ia akan sampai pada tujuannya. Dan yang tak kalah pentingnya, dititik titik mana saja angkot ini diperbolehkan untuk berhenti. Angkot juga tidak diperbolehkan untuk menaikkan penumpang disembarang tempat. Tentu saja ditempat yang sudah ditentukan tadi.

Lho, Apa Pengguna Tidak Protes Kalau Angkot Berhenti di Tempat-tempat Tertentu Saja?
Kalau ada pengguna yang berfikir seperti itu, seharusnya juga berfikir donk. Kalau ingin berhenti ditempat yg dia mau namanya terlalu egois. Lebih milih sedikit berjalan kaki atau lama diangkot karena terus-terusan kejebak macet. Tinggal pengatur atau dalam hal ini pemerintah yang mengatur dimana titik-titik yang perlu dijadikan tempat pemberhentian angkot. Sangat mirip dengan halte. Bedanya yang berhenti adalah angkot. Menurut saya, halte beberapa sudah tersedia. Tapi jumlahnya tidak memadai dan tidak dimanfaatkan. Nyatanya, bus kota saja juga bebas menurunkan penumpangnya dimana pun. Jadi perlu diperketat lagi aturannya.

Untuk Membangun Halte-Halte Baru Butuh Dana Lho...
Lah?saya yakin setiap tahun pemerintah memberikan budget untuk masalah transportasi. Apa sedikit pun tidak bisa dialokasikan untuk pembangunan halte. Cukup halte sederhana yang menandakan itu tempat pemberhentian dan naik kendaraan umum. Tidak bisa juga kah?

Bagaimana kriteria untuk angkot yang layak beroperasi?
Untuk masalah kulitas angkot yang digunakan untuk tahap awal ga perlu muluk-muluk lah. Asal tidak membahayakan keselamatan penumpang saja dulu. Tahap kelayakan yang perlu diperhatikan paling utama saya pikir adalah pada kualitas supir angkot itu sendiri. Karena sangat-sangat banyak saya temui supir angkot yang mengemudi ugal-ugalan.
Syarat layak pertama adalah tentu mereka harus memiliki SIM tentunya. Dari pemerintah perlu mengadakan pendataan seorang supir angkot mengendari angkot yang mana dan jurusan kemana.
Kenapa harus?
Iya donk. Untuk mempermudah nantinya. Seperti kalau ada suatu kecelakaan atau pelanggaran atauran mudah untuk menyelidikinya. Atau juga untuk menghindari supir angkot jadi-jadian yang belum tentu memenuhi syarat kelayakan mengemudi angkot atau tidak.
Tahap selanjutnya bila supir angkotnya sudah tertib, baru masalah kenyamanan yang diperhatikan.

Siapa yang mengawasi jalannya tertib Angkot itu?
Tentu dinas perhubungan atau yang berkaitan. Diperbantukan oleh petugas polisi lalu lintas. Petugas yang berwenang harus tegas dan jangan lembek untuk memberi sanksinya. Dan yang paling penting, jangan tergiur untuk dimasukkan uang kedalam sakunya. 

Apa sanksi kepada angkot yang melanggar aturan yang sudah ditetapkan?
Spesifiknya tentu saja dapat diatur oleh pemerintah terkait. Mulai dari sanksi denda yang setimpal, hingga pencabutan izin operasinya.
  

Sunday, February 27, 2011

Mahasiswa Ngamen

Beberapa mungkin mengatakan haknya untuk melakukan apa saja yang dia mau. Termasuk titel mahasiswa ngamen dijalanan.

Emang Salah?
Pada dasarnya menurut saya tidak sama sekali. Tapi yang saya tanyakan apa sih tujuan dari ngamen dijalanan itu? Kalau alasannya untuk mencari uang, kenapa harus lewat cara mengamen dijalanan?

Lho Emangnya Kenapa?
Pertama, kalau para mahasiswa malah turun ke jalanan untuk ngamen, berarti para pengamen jalan harus bersaing dengan mahasiswa tersebut. Alhasil kemungkinan penghasilan mereka semakin meurun donk. Apa ga kasihan? Kedua, kalau emang tujuan cari uang, kenapa ga coba buat dengan cara yang sedikit lebih eksklusif. Ga mesti pakai panggung. Di lalu orang ramai (tapi bukan dijalanan), tiru konsep seperti konser beneran. Sehingga orang yang lalu lalang bisa melihat performance dengan baik. Kalau alasannya ngamennya untuk senang-senang saja, lagi-lagi pertanyaannya kenapa harus mengamen?apa tidak ada kegiatan lain?

Saya adalah seorang mahasiswa diploma, yang merasakan kalau mahasiswa dimata banyak sudut pandang dilihat sebagai orang yang wah. Maka kita pada dasarnya kita juga harus menunjukkan sesuatu aksi yang wah juga. Tentunya dengan hal yang positif. Dengan opini saya ini mungkin ada yang kontra. Namun tentu saya juga berhak untuk menyampaikan opini saya. Saya hanya mengajak, ayolah teman-teman kita melihat segala hal dengan berbagai sudut pandang agar dapat menemukan berbagai alasan apakah yang kita lakukan baik atau buruk?